Banyak orang berpikir keragaman di tempat kerja mengacu terutama pada gender dan ras, tetapi keragaman juga merujuk pada perbedaan usia, budaya, agama, orientasi seksual dan kemampuan fisik. Perspektif kontemporer tentang keragaman tempat kerja juga mengakui perbedaan individu dalam temperamen dan kualitas pribadi lainnya. Semua ini menciptakan tantangan bagi manajer yang harus memotivasi staf mereka.
$config[code] not foundMengelola Keragaman
Memahami motivasi membutuhkan pemahaman bagaimana mengelola keragaman. Setiap karyawan memiliki latar belakang, kepercayaan, sikap, nilai-nilai dan cara berpikirnya sendiri. Seseorang mungkin termotivasi oleh imbalan keuangan, yang lain oleh fasilitas, yang lain oleh kualitas pekerjaan. Untuk semakin memperumit masalah, motivasi berubah seiring bertambahnya usia karyawan atau perubahan peran. Daripada memperlakukan setiap orang sama atau menerapkan asumsi luas, manajer harus memahami apa yang membuat setiap karyawan unik dan membangun kekuatan itu.
Jangan pernah berasumsi
Manajer tidak boleh berasumsi mereka tahu apa yang cocok untuk semua orang. Mereka harus memperhatikan apa yang dikatakan dan dilakukan karyawan, yang sering mengungkapkan etos kerja, dorongan, dan kepekaan karyawan. Jangan berasumsi, misalnya, bahwa semua karyawan suka dipuji di depan umum. Ada yang pemalu. Yang lain menolak keras pujian publik karena kepercayaan agama atau budaya. Jika ragu, tanyakan kepada karyawan hal-hal sederhana apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu mendorong dan memotivasi mereka.
Video Hari Ini
Dibawa ke kamu oleh Sapling Dibawa ke kamu oleh SaplingKetuk Ke Kerja Tim
Tim, terutama yang terdiri dari orang-orang dari berbagai latar belakang, menawarkan lebih banyak perspektif dan ide daripada satu orang. Membangun budaya kerja tim ke tempat kerja Anda memperkuat gagasan bahwa berbagai perspektif dihargai. Kunci untuk membangun tim yang termotivasi adalah untuk menumbuhkan keterbukaan, rasa saling percaya, rasa hormat dan komitmen terhadap ide-ide yang disajikan. Ketika individu merasa mereka berkontribusi, mereka lebih cenderung melihat proyek melalui kemampuan terbaik mereka.
Memotivasi Generasi yang Berbeda
Dengan sebanyak empat generasi bekerja bersama, memahami apa yang mendorong masing-masing adalah penting. Menurut Rosa Schmidt dari Pusat Pengembangan Manajemen Rutgers University, Millennials, yang lahir antara tahun 1980 dan 2000, memiliki fokus yang kuat pada tugas kewarganegaraan, kebutuhan untuk pencapaian dan kemampuan untuk melakukan banyak tugas. Anggota Generasi X, lahir antara tahun 1960 dan 1980, ingin belajar dan ditantang. Baby Boomers, lahir antara tahun 1943 dan 1960, ingin dihargai karena kontribusinya. Mereka yang lahir antara 1922 dan 1943 cenderung pekerja keras yang menghormati otoritas. Penting bagi para manajer untuk memahami kebutuhan dan prioritas setiap jenis karyawan dan memahami apa yang memotivasi mereka.