Bagaimana Diam Bisa Menjadi Emas, Tidak Canggung

Anonim

Bertahun-tahun yang lalu saya dikontrak oleh Apple Computer untuk melakukan serangkaian seminar di Jepang, dan mereka membayar seorang ahli (Dianne Saphiere, jika Anda di luar sana, ambil busur) untuk membantu saya dengan beberapa fine tuning lintas budaya.

$config[code] not found

Dianne mengajari saya kekuatan bisnis kesunyian.

Di Jepang, katanya, jeda panjang selama negosiasi secara tradisional bisa merupakan tanda penghormatan. Itu adalah cara untuk menunjukkan bahwa masalah itu penting dan proposal yang baru dibuat layak untuk dipikirkan.

Bagi orang Amerika, di sisi lain, jeda panjang selama negosiasi adalah keheningan yang canggung. Semakin lama kesunyian, semakin tidak nyaman jadinya.

Bayangkan sebuah ruang konferensi di Tokyo. Sebuah tim Amerika sedang menegosiasikan kesepakatan dengan tim Jepang. "Kita bisa melakukan itu dengan $ 100,000," kata orang Amerika itu. Orang Jepang tidak mengatakan apa-apa. Mereka menunggu dalam diam selama dua menit.

"Bagaimana dengan $ 90.000?" Orang Amerika memecah keheningan dengan menurunkan harga. Orang Jepang akan mengatakan ya sampai $ 100.000.

Itu hanya satu contoh kekuatan keheningan. Ini bukan hanya tentang orang Amerika dan Jepang. Menunggu sebelum merespons umumnya merupakan ide bagus dalam banyak konteks. Sebut pemikiran itu dulu. Dan, saya minta maaf untuk mengakui, saya juga telah belajar (dengan susah payah) bahaya merespons tanpa berpikir. Dan dalam konteks negosiasi, terutama, keheningan bisa menjadi emas, bukan canggung.

(gambar: peskymonkey / istockphoto.com)

13 Komentar ▼